Sabtu, 14 November 2009

Kulit Yang Terkelupas

Si itik buruk rupa,.....mmmm.....mungkin inilah panggilan yang "pas" untuknya. Ya, si kecil yang pendek dan geseng serta berambut gimbal ini banyak musuhnya. Tidak hanya di lingkungan rumah dan keluarganya, serta dilingkungan sekolahnya, bahkan yang lebih gila lagi mahluk yang tak tampak pun juga demen godain dan gangguin juga.
"Oh Tuhan salah apakah aku?, kenapa semuanya sangat membenci ku?, seolah-olah mereka semua tidak menginginkan ke hadiran ku di dunia ini. Aku hadir di dunia ini bukanlah keinginan ku semata, tetapi keinginan ke dua orang tua ku. Bukan kah Engkau Maha Segalanya, berikanlah aku bimbingan dan petunjuk Mu ya Yang Maha Kuasa. Aku gak tahu harus bagaimana dan kemana, aku bingung dan gelap, bahkan aku merasakan sebentar lagi kematian akan menjeput ku."
"Perjumpaan dengan Mu sangat ku rindukan, bahkan sudah lama ku nanti. Dan aku berhayal akan curhat sepuasnya dengan Mu. Hanya engaku yang mau mendengarkan ku bercerita dan mengabulkan harapan-harapan ku."
"Tapi,....kenapa setiap nyawa sudah di ujung tanduk, aku tidak pernah bisa berjumpa dengan Mu saat itu juga? dan siapakah kakek berjubah putih itu? Dia selalu berdiri di depan pintu dan tersenyum tulus kepada ku. Senyumnya sangat menusuk kholbu, tatapan matanya juga memberikan suatu kekuatan yang dahsyat ke dalam jasmani yang telah lemah ini, dan aura serta suaranya membangunkan ku untuk bangkit dari tidur dan mimpi yang cukup lama."
Di balik pintu, terlihat cahaya yang terang sekali tersembul dari sela-sela badan kakek itu. Ya, cahaya yang penuh dengan kekuatan magnet dan misteri. "Tempat apakah itu ya Allah?"
"Pintu akan di buka hanya untuk mahluk ciptaanNya yang sudah mempunyai tiket emas, perak dan perunggu, dan kamu belum tiba saatnya." Katanya dengan penuh kasih. "Kamu akan saya antar pulang, ayo pegang tangan saya." Ajaknya. "Berhati-hatilah terhadap "dalang" semua ini." Pesannya. Ku tersenyum bingung.
Saup-sayup terdengar suara mama memanggil, berat rasanya mata ini tuk terbuka, bahkan rasa panas dan dingin masih ku rasakan di badan ini. "Ya Allah ya Tuhan ku berilah aku kekuatan dan sembuhkanlah aku, bismillahirohmanirohim." Jerit ku di hati. Tiba-tiba, "Ayo, aku bantu kamu bangun." Kata nenek buyut. "Terima kasih nek uyut." Kataku bahagia. Dia tersenyum manis. "Kamu harus tolong mama." Pintanya singkat dan aku menganggukan kepala tanda setuju.
Kata-kata "dalang" terus terdengar di telinga, bahkan di dalam hati ku. "Ya Allah ya Tuhan ku, apakah maksud dari semua ini?, siapakah dia?, dan mau apa dia?, berilah aku petunjuk dan bimbingan untuk mengetahuinya, serta bantuan dari para nabi, khususnya adalah kepada nabi Muhammad saw, keluarganya, para sahabatnya, para malaikat, dan leluhur, serta hamba Mu yang sholeh dan sholehah di dunia ini." doa ku di dalam hati.
Si itik buruk rupa terus berjalan menjalani kehidupannya di dunia ini, dan tak lupa berdoa. Tikungan yang tajam, jurang dan lobang yang menganga, serta gunung tinggi yang berdinding licin dan terjal telah dia lalui dengan luka di jiwa, di hati dan di badan serta airmata yang tidak bisa keluar lagi.
Untuk sembuh, "pelan dan pasti" itulah janjiNYA kepada si itik buruk rupa. Selama 32 thahun menanti bahkan sampai sekarang, tampak perlahan kecantikannya keluar. Bahaya yang telah siap menghadang, hujan dan badai serta banjir yang melintang, tak menyurutkan tekadnya untuk membuktikan janjiNYA dan adanya keyakinan ang kuat terhadapNYA, janjiNYa adalah pasti. karena, Dia Maha Penepat janji hambanya.
"Dalang" tersebut terlena oleh waktu, walaupun gigi taringnya masih ada di dalam mulut, kesaktiannya tidak luntur dan hilang tetapi dia tidak melihat "rahasia NYA" yang ditujukan untuknya. Kini tinggal menunggu waktu. Azab NYA pasti akan menghampirinya. "Kapankah itu ya allah?" Jerit ku kecil di hati. "Sabar." Jawabnya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar